Selasa, 31 Desember 2013

"Tak Peduli Impor, yang Penting Tak Mahal"



http://b.okezone.com/delivery/lg.php?bannerid=2275&campaignid=1179&zoneid=1547&loc=1&referer=http%3A%2F%2Feconomy.okezone.com%2Fread%2F2013%2F12%2F29%2F320%2F918901%2Ftak-peduli-impor-yang-penting-tak-mahal&cb=4fd299cb2aMenteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku tidak mempersoalkan asal muasal daging sapi impor. Dengan harga murah, dipastikan pedagang bakso yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) tidak merasa terbebani.

"Begini, dari manapun yang penting tidak mahal, saya tidak peduli impor yang penting jangan mahal," kata Dahlan usai memberi sambutan di Festival Bakso Gratis di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (29/12/2013).

Kenaikan harga daging sapi, menurut Dahlan merupakan imbas dari nilai inflasi yang tinggi. Oleh karena itu, dengan harga daging sapi yang masih tinggi, dirinya tidak ingin ukuran bakso normal diubah.

"Karena dengan harga daging yang mahal, katanya pedagang akan memperkecil ukuran bakso," jelasnya.

Kendati demikian, Mantan Dirut PLN ini akan membahas lebih lanjut dengan Apmiso mengenai pemanfaatan daging beku hasil impor Perum Bulog untuk dijadikan bahan baku membuat bakso. Alasannya, dia tidak ingin memaksakan upaya apapun untuk menekan harga daging sapi yang hingga saat ini terbilang tinggi.

"Saya tidak mau paksa, dari segi negara bgaimana harga daging bisa menurun dan bisa menekan harga di pasar. Oleh itu, nanti akan saya bahas," paparnya. (wid)
(fmh)

Seorang Tewas & 6 Bangunan Terbakar Saat Bentrok Warga di Manokwari

Dua kelompok warga di Manokwari, Papua Barat, terlibat bentrok dan dikabarkan satu orang tewas dalam insiden tersebut, Minggu (29/12/2013) malam.

Bentorkan yang terjadi sekira pukul 22.00 WIT ini juga menyebabkan enam gedung yang berada di lokasi terbakar. Warga yang terlibat tak hanya membawa senjata tajam saja, namun juga menggunakan petasan.

Pemicu bentrokan yang berlangsung selama sekira 1 jam ini dikarenakan penyerangan kelompok warga yang menduga seorang anggotanya tewas dianiaya Pasar Tingkat, Sanggeng, Manokwari, saat mengiring jenasah ke rumah duka. Mereka menyerang kelompok warga yang saat itu berdiri di tepi jalan menggunakan senjata tajam dan membuat saling serang pun tak terhindarkan.

Aksi serang kedua kelompok warga ini mereda setelah satu regu petugas Kodim 1703 Manokwaro turun membubarkan warga dengan menembakan tembakan peringatan.

Sementara, enam bangunan yang terbakar diantaranya sebuah konter handphone, tiga warung makan, satu toko sepatu dan sebuah gedung serba guna. Dua unit pemadam kebakaran yang diterjunkan pun tak mampu memadamkan api.

Seorang warga yang dikabarkan tewas akibat tertusuk senjata tajam saat ini jenazahnya berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari.

Hingga kini, lokasi bentrokan masih dijaga ketat ratusan personil dari TNI dan Polri.
(Thias Chia/Sindo TV/cns)

Rupiah Anjlok, RI Harus Perkuat Pangan Nasional

Pelemahan Rupiah yang dipengaruhi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, bisa ditekan risikonya dengan langkah memperkuat pangan nasional sehingga bisa menggairahkan kegiatan ekspor.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan, pelemahan Rupiah yang terjadi belakangan ini tak lepas dari sikap the Fed yang menurunkan aktivitas pelonggaran stimulusnya. Langkah ini mengakibatkan penyiraman dolar ke sistem keuangan di dunia akan semakin dikurangi.

Gita menuturkan, kondisi ini akhirnya mempengaruhi banyaknya dolar di pasaran sehingga dolar menguat dan nilai tukar di manapun  mengalami pelemahan termasuk Rupiah. "Saya kira ini akan berkelanjutan, karena sifat bank sentral akan berkelanjutan," kata dia di Denpasar.

Meski demkian, dia meyakini dengan langkah fiskal yang diambil pemerintah dan langkah moneter moneternya bisa mengurangi risiko atau mitigasi terjadinya kelanjutan pelemahan Rupiah di pasar. Selain itu, seiring meningkatnya kepercayaan di pasar mengenai langkah yang terus diambil pemerintah.

Dia juga melihat ada beberapa efek dalam perdagangan atas dampaknya pelemahan rupiah. Gita mengungkapkan, pelemahan rupiah bisa mendorong peningkatan kapasitas eksportir untuk meningkatkan kegiatan ekspornya.

Hanya saja, hal itu juga dapat mempengaruhi tidak terlalu positif terkait kegiatan impor mengingat masih ada makanan atau produk pangan yang harus diimpor di mana hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi inflasi

"Ke depan kita harus perkuat pangan nasional, saya bersedia berkomunikasi dengaan kementrian terkait supaya bisa ditingkatkan produksi pangan kita," imbuhnya.

Dengan komunikasi yang lebih intenif dengan kementerian terkait sehingga bisa meningkatkan produksi dalam negeri "Saya optimistis industrialiasi mulai kelihatan di Indonesia yang terkait produk impor seperti automatif dan kapal," ucapnya.

Demikian kegiatan ekspor lainnya perlu ditingkatkan seperti tekstil, alas kaki dan kerajinan. (wdi)

Pria Paruh Baya Tewas Ditusuk di Tanah Abang

Seorang pria paruh baya ditemukan tewas di dalam kamar kostnya di lantai dua, Jalan Kebun Sayur RT 02/07, Tanah Abang, Jakarta Pusat, sore ini.  
Kapolsek Tanah Abang Kompol Kus Subiyantoro, mengatakan, korban bernama Martogi Marpaung alias Yogi berusia 49 tahun. Di atas perut korban terdapat luka tusukan.

"Warga mencium bau busuk di sekitar kamar kost. Kemudian saksi bernama Adi Supriyadi membuka pintu kamar dan melihat korban sudah meninggal dunia," kata Kus di Jakarta, Minggu (29/12/2013).

Polisi yang mendapat laporan, langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara. Petugas juga menemukan sebilah pisau yang diduga digunakan untuk menghabisi nyawa korban.

Sehari-hari, korban berjualan buku di Thamrin City, Tanah Abang. Polisi juga belum mengetahui motif pembunuhan itu. Namun sebelum kejadian, warga sekitar pernah mendengar suara keributan dalam kamar korban.

"Masih dalam penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi di lapangan," ucapnya.

Sementara itu, pemilik kost bernama Emi menerangkan, korban dikenal tidak memiliki musuh dan baik hati.

"Yogi seharinya- baik dan tidak pernah bawa teman ia bekerja sebagai karyawan tukang buku di Thamrin City," singkat Emi.

Saat ini, jasad korban di bawa ke RSCM untuk dilakukan autopsi. Kasus tersebut ditangani Mapolsek Tanah Abang.

Krisis Multidimensi di Indonesia Masih Belum Diselesaikan



Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Muhammad Arief Rosyim mengatakan, krisis multidimensi yang datang silih berganti bisa segera diselesaikan.

Namun, kata Arief, harus ada beberapa langkah yakin optimisme akan masa depan Indonesia dan akselerasi untuk keluar dari masalah harus terus digalakkan. Sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar di masa yang akan datang.

"Kita tidak mungkin menutup mata akan sumber daya alam yang melimpah dengan jumlah penduduk yang besar ini," kata Arief, melalui rilis yang diterima, Minggu (29/12/2013).

Menurutnya, permasalahan kenegaraan yang sedang dialami bangsa ini membuat banyak kalangan menjadi sanksi akan masa depan Indonesia. Dari waktu ke waktu gelombang pesimisme terhadap urgensi identitas sebagai bangsa Indonesia nampaknya semakin massif. "Gambaran paling gemilang bisa kita lihat dari semakin intensnya gejolak saparatisme di beberapa daerah," ujarnya.

Dijelaskannya, melihat ketimpangan pembangunan di Indonesia juga menjadi isu yang cukup krusial, bahkan jika menggunakan standar pertumbuhan (grouth) dalam menilai proses pembangunan dengan serangkaian indikator makro yang menunjukkan performa ekonomi yang mengesankan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2013 mencapai 5,62 persen atau tumbuh sebesar 2,96 persen apabila dibandingkan dengan kuartal II-2013. Sehingga secara kumulatif, pada Januari-September 2013, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,83 persen. "Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesa periode 2009-2013 mencapai rata-rata 5,59 persen pertahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah China," imbuhnya.

Namun demikian, menurut Arief, pertumbuhan ekonomi yang cukup membaik tersebut tidak diimbangi perbaikan angka ketimpangan yang semakin melebar. Disebutkan, angka ketimpangan itu dapat dilihat dari rasiogini yang terus meningkat dari tahun-ke tahun. Pada 2008-2009 misalnya gini ratio berada diangka 0,37, kemudian naik di tahun 2010 menjadi 0,38, dan meningkat lagi menjadi 0,41 pada 2011.

"Ketimpangan ini tampaknya diaminkan oleh pola kebijakan yang memberikan kue yang lebih besar untuk daerah di bagian barat Indonesia," kritiknya.

Lebih jauh, Arief menambahkan, bahwa dari sebaran kawasan industri di Indonesia semunya terkonsentrasi di kawasan barat Indonesia. Hal ini menyebabkan meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah.

"Walhasil sumbangan pulau Jawa dan Sumatera menjadi sangat dominan pada total PDB. Sangat wajar jika Indonesia bagian Barat menjadi semacam magnet untuk menimbulkan arus urbanisasi yang sangat besar. Tinggallah kawasan Timur Indonsia berada kursi pasakitan dna dicap sebagai daerah tertinggal padahal di atas kertas wilayah ini snagat kaya akan sumber daya alam," pungkasnya.
(cns)