KTT
APEC di Bali telah berakhir. Kini adalah waktu yang tepat untuk mulai berpikir
lebih dari sekadar kinerja Indonesia tetapi juga ekonomi lain dalam forum ini.
Banyak orang mengatakan, bahwa Indonesia telah melakukan pekerjaan yang baik dengan Bali extravaganza-nya, tapi sukses sebenarnya masih perlu waktu dan bukti.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Center for Democracy and International Affairs dari Universitas Internasional Virginia pada Senin, karena tidak optimalnya kinerja Rusia setelah menjadi tuan rumah APEC tahun lalu, negeri ini telah kehilangan kesempatan di kawasan untuk menjadi kekuatan penting dalam tatanan perekonomian dan politik.
Apabila kita lihat dengan teliti lagi apa yang Rusia telah lakukan dengan baik dan tahu letak kegagalannya, kita bisa mendapat pelajaran yang penting dan bisa diaplikasikan Indonesia. Rusia telah melakukan pekerjaan yang baik pada KTT APEC 2012 dan ini diakui oleh banyak peserta dari ekonomi lain.
Kesuksesan Rusia terutama dalam program ABAC, dimana para pengusaha Rusia telah berhasil menggagas beberapa ide yang sangat bagus, baik untuk pengembangan Rusia dan kemakmuran ekonomi anggota APEC.
Mari kita lihat apa yang Rusia tawarkan: prakarsa food security, kerangka kemitraan sektor swasta dan penyelesaian beberapa masalah logistik kawasan.
Nilai efek ekonomi keseluruhan dari harmonisasi peraturan dan prosedur kepabeanan, implementasi teknologi identifikasi, otomatisasi bidang transportasi, alih teknologi serta implemen tadi solusi baru di bidang distribusi makanan akan mendekati satu triliun dollar pada 2020. Rusia adalah yang paling diuntungkan. Hal ini disebabkan kesempatan meningkatkan pasokan gandum dan produk pertanian lainnya ke berbagai ekonomi yang berpenduduk banyak yang masih kekurangan asupan gizi dapat ditekan karena peningkatan transit kargo melalui wilayah Rusia, serta investasi asing di berbagai prasarana.
Dunia mengakui kesuksesan kepemimpinan Rusia pada APEC tahun lalu dan perannya diakui penting di kawasan Asia-Pasifik. Pemerintah belajar menghasilkan kinerja dalam konteks kerja multi aspek APEC. Demikian pula kalangan bisnis yang tergabung dalam Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) yang makin membuktikan kemampuan dan kepemimpinan mereka dalam mengusulkan inisiatif yang praktis serta efektif.
Namun keberhasilan 2012 yang seharusnya dijalankan pada 2013 tidak terwujud. Prakarsa yang dikemukakan pemimpin Rusia pada tahun tersebut termasuk pengusaha seharusnya ditindaklanjuti pada tahun ini. Instansi pemerintah juga telah mengurangi keterlibatannya pada berbagai tugas-tugas APEC, termasuk perwakilan bisnis tidak lagi mengindahkan hasil rumusan ABAC.
"Kepemimpinan Indonesia tahun ini cukup sukses. Tahun lalu, Rusia menjadi tuan rumah yang baik, akan tetapi tahun ini partisipasi Rusia pada ABAC kurang kentara” kata anggota senior, Anthony Nightingale sebagai ketua salah satu kelompok kerja di ABAC.
Sebagai contoh yang signifikan, inisiatif Rusia dengan ABAC yang mengusulkan dibukanya daftar proyek infrastuktur untuk kerja sama internasional, termasuk kerangka kerja sama sektor publik swasta. Delegasi Rusia pada ABAC 2012 sepakat bermitra untuk merumuskan kebijakan dan prosedur yang efektif dan membentuk sayap atau divisi yang berisi tiga perwakilan dari sektor makanan dalam payung kebijakan partnership on food security (PFFS).
Sebagai hasilnya, PFFS melakukan pertemuan pertama di Kazan pada Mei 2012, dipimpin oleh perwakilan pengusaha dari Rusia. Fakta bahwa dua pertiga dari penduduk dunia yang kekurangan gizi hidup di kawasan Asia-Pasifik, Rusia memiliki peluang bagus untuk mengekspor produk makanannya (diperkirakan nilainya bisa mencapai USD100 miliar pada 2020 di Asia-Pasifik saja). PFFS dimaksudkan sebagai wadah kemitraan antara perusahaan Rusia dengan perusahaan asing serta konsumen swasta lainnya.
Lebih dari itu, perwakilan dari wilayah penting dalam konteks kerja sama ini agak kecewa karena ketidak konsistenan Rusia yang berakibat rusaknya daya pikat negara tersebut yang selama ini telah terbentuk, yaitu sebuah kekuatan yang persuasif. Cukup menarik adalah Indonesia sebenarnya tertarik untuk kerja sama ini tetapi Rusia terkesan tidak bergairah dan berminat lagi. Untuk menyimpulkan, mari kita simak apa yang Indonesia pelajari dari perpektif dan pengalaman Rusia pada forum ini.
Sekarang ketika forum Ketuanrumahan APEC 2013 sudah selesai, namun pekerjaan sebenarnya baru saja dimulai. Apabila sekarang kita meninggalkan APEC, maka negara lain akan mendorong agenda mereka dan ide dari Indonesia mungkin tidak akan diindahkan. Hal lain yang juga penting agar tim yang sudah terbukti berhasil jangan diganti. Pada akhirnya, APEC dirancang sebagai forum komunitas bisnis yang wajib memainkan peran besar dalam kawasan ini jika mereka meyakininya.
sumber : seputar indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar